Add caption |
Tasripin
12 Thn, hidupnya memang tidak seberuntung anak-anak se-usia nya. Di usia yang
masih belia, Tasrifin sudah berjuang untuk mengurus ke tiga adik-adiknya.
Setelah di tinggal ayah dan ibu nya. Perlu diketahui bahwa, ibunya meninggal karena
kecelakaan pada saat bekerja sebagai penambang pasir. Ia (ibu Tasrifin)
tertimbun pasir ketika ia sedang menggali lubang untuk menambang. Ayahnya
(Kuswito) sendiri bekerja sebagai pembersih gulma pada sebuah kebun kelapa
sawit di Kalimantan.
Semenjak
ibunya meninggal, Tasrifin memutuskan untuk berhenti dari sekolah ketika ia
masih duduk di kelas tiga SD (Sekolah Dasar). Ia mengambil peran orang tua nya
sebagai kepala rumah tangga untuk ketiga adik-adiknya. Setiap paginya, Tasrifin
selalu mengurus adik-adiknya mulai dari memasak, memandikan, sampai mengantar
adik-adiknya kesekolah.
Walaupun
Ayah Tasrifin yang bekerja di Kalimantan rutin mengirimkan uang tiap bulan
untuk anak_anaknya di kampong. Tetapi, uang itu masih tidak cukup untuk biaya
sekolah ketiga adiknya dan menghidupi keluarga
kecil Tasrifin.
Tasrifin
harus mencari uang tambahan agar tetap bisa bertahan hidup. Setelah pekerjaan
dirumah selesai, Tasrifin langsung beranjak untuk mencari sesuap nasi dengan
memanggul padi, mencari rumput dan lain sebagainya. Tasrifin biasanya diberi
upah sekitar 10-15 ribu rupiah per hari.
Tugas
ini di akui Tasrifin sangat berat, namun ia tetap semangat dan tidak mengenal
rasa lelah untuk mengurus adik-adiknya. Ketika ada diantara adik-adiknya yang
rewel, Tasrifin selalu memberikan uang agar tidak mengganggu aktivitas
kesehariannya. Karena, sehari saja tidak bekerja tentu Tasrifin dan ke tiga
adiknya tidak akan bisa makan di hari tersebut. Meski setiap hari bekerja,
Tasrifin terkadang hanya memakan nasi dengan garam saja.
Tapi,
kini hidup Tasrifin sudah berubah berkat salah seorang anak didik Adit. Adit
sendiri merupakan “aktivis peduli desa tertinggal”. Ketika itu, anak didik Adit
sedang meneliti di desa tempat tinggal Tasrifin. Dan ia mengangkat kisah
Tasrifin dalam sebuah tulisannya. Dalam waktu yang hampir bersamaan media mulai
mem-block up kehidupan Tasrifin beserta adik-adiknya ke media.
Sumbangsi
pun mulai berdatangan teramasuk bapak Presiden Republik Indonesia Susilo
Bambang Yudoyono ikut memberikan bantuan berupa uang tunai kepada Tasrifin.
Rumah tempat tinggal Tasrifin dan ketiga adik-adiknya juga direnopasi menjadi
rumah yang layak untuk ditinggali.
Tasrifin
juga marak tampil di layar kaca sebagai bintang tamu. Dan tak yang kalah bagianya
dirasakan Tasrifin dan adik-adiknya adalah kedatangan Ayahnya dari Kalimantan
ketika melihat anaknya ada di layar TV.
Kini
keluarga Tasrifin sudah berkumpul, dan saya sangat berharap peran kita semua
termasuk pemerintah untuk lebih memikirkan kehidupan saudara-saudara kita yang
kurang beruntung agar selalu diperhatikan. Semoga kisah Tasrifin ini menjadi
yang terakhir dan tidak ada lagi Tasrifin-Tasrifin lainnya.
By:
Risman H. Ridwan
0 komentar:
Posting Komentar